Minggu, 15 Februari 2015
Riwayat Sejarah Kisah Nabi Saleh AS
Kisah Nabi Saleh AS, baiklah
kali ini saya akan membahas kisah Nabi Saleh AS pada zaman rasul. yuk kita
lanjut cerita ke nabi kita Shaleh As.Tsamud adalah nama suatu suku yang oleh
sementara ahli sejarah dimasukkan bagian dari bangsa Arab dan ada pula yang
menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal di suatu
dataran bernama ” Alhijir ” terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya
termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis binasa disapu angin
taufan yang di kirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan
pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S.
Kemakmuran dan
kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh
kaum Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud.Tanah-tanah yang subur yang memberikan
hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak,
kebun-kebun bunga yag indah-indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas
tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan mereka
hidup tenteram , sejahtera dan bahgia, merasa aman dari segala gangguan alamiah
dan bahwa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan
mereka.
Kaum Tsamud tidak
mengenal Tuhan. Tuhan Mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan
puja, kepadanya mereka berqurban, tempat merekaminta perlindungan dari segala
bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan. Mereka tidak
dpt melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dpt mrk jangkau dengan
pancaindera.
Nabi Saleh Berdakwah
Kepada Kaum Tsamud
Allah Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba_Nya berada dalam
kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya nabi pesuruh disisi-Nya untuk memberi
penerangan dan memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang
benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan seksaan kepada suatu
umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya dengan
perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah
ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mrk telah diutuskan Nabi Saleh
seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mereka sendiri, dari keluarga
yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik pandai,
rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.
Nabi Shaleh
memperkenalkan kepada Tuhan yang sepatut mereka sembah, Tuhan Allah Yang
Maha Esa, yang telah mencipta mereka, menciptakan alam sekitar mereka,
menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan keperluan hidup
mereka, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mereka
dan dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup
dan kebahagiaan lahir dan batin.Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah
dan bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang
tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari
ketakutan dan bahaya.
Nabi
Shaleh memperingatkan mereka bahwa ia adalah seorang daripada mereka ,
terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mereka adalah
kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan
mereka.Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak
akan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian,
kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. Ia menerangkan kepada mereka bahwa
ianya adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan didakwahkan
kepada mereka adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan kepada mereka untuk
kebaikan mereka semasa hidup mereka dan sesudah mereka mati di
akhirat kelak. Ia mengharapkan kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan sungguh-sungguh
apa yang ia serukan dan anjurkan dan agar meeka segera meninggalkan persembahan
kepada berhala-berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa
seraya bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang
selama ini telah mereka lakukan.Allah maha dekat kepada
mereka mendengarkan doa mereka dan memberi ampun kepada yang salah bila
dimintanya.
Terperanjatlah kaum
Shaleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang baru
yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mereka sendiri.Maka
serentak ditolaklah ajakan Nabi Shaleh itu seraya berkata mereka
kepadanya:”Wahai Shaleh ! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan
cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbangan mu selalu tepat.
Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji.
Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan
hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang
gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi
krisis dan kesusahan.Akan tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan
kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak
tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang
engkau serukan kepada kami? Enkau menghendaki agar kami meninggalkan
persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah
menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan
tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya.Kami sesekali tidak akan
meninggalkannya karena seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat
itu.Kami tidak mempercayai ucapan kosongmu bahkan meragukan kenabianmu. Kami
tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mereka
dan mengikuti jejakmu.”
Nabi Saleh
memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya
beriman kepada Allah yang telah mengurniai mereka rezeki yang luas dan
penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang
mendapat seksa dan azab dari Allah karena menentang rasul-Nya dan mendustakan
risalah-Nya. Hal yang serupa itu dapat terjadi di atas mereka, jika mereka
tidak mau menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara
ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mereka dan yang
tidak mengharapkan atau menuntut upah daripada mereka atas usahanya itu.
Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allahlah yang
akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan
kepada mereka.
Sekelompok kecil dari
kaum Tsamud yang kebanyakkannya terdiri dari orang-orang yang kedudukan sosial
lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian
yang terbesar terutamanya mrk yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan
tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi
Shaleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:” Wahai Shaleh!
Kami kira bahwa engkau telah kerasukan syaitan dan terkena sihir.Engkau telah
menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu
sudah kacau sehingga engkau dengan tidak sedar telah mengeluarkan kata-kata
ucapan yang tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya.
Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan
rasul-Nya. Apakah kelebihanmu daripada kami semua sehingga engkau dipilih
menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih patut dan
lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul daripada engkau. Tujuanmu dengan
bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin
diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu.Jika engkau merasa bahwa
engkau sehat badan dan sihat fikiran dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai
arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu
menyiarkan agama barumu dengan mencerca persembahan kami dan nenek moyangmu
sendiri.Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah
ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.
Nabi Saleh menjawab:
” Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan
sesuatu apapun daripadamu sebagai imbalan atas usahaku memberi tuntunan dan
penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat
dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah
dan daripada-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu. Dan
bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan
kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran
dakwahku.
Janganlah sesekali
kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan
kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan persembahan nenek
moyang kamu yang bathil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan
azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan
dan membinasakan aku dengan seruanmu itu.”
Setelah gagal dan
berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin
giat menarik orang-orang mengikutinya dan berpihak kepadanya. Para pemimpin dan
pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya, yang makin lama
makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam
masyarakat. Mereka menentang Nabi Shaleh dan untuk membuktikan kebenaran
kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar
biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Allah Memberi
Mukjizat Kepada Nabi Shaleh A.S.
Nabi Shaleh sedar
bahawa tentangan kaumnya yang menuntut bukti daripanya berupa mukjizat itu
adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis
kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi
tentangan dan tuntutan mereka. Nabi Saleh membalas tentangan mereka dengan
menuntut janji dengan mereka bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka
minta bahwa mereka akan meninggalkan agama dan persembahan mereka dan akan
mengikuti Nabi Shaleh dan beriman kepadanya.
Sesuai dengan
permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Shaleh memohon
kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran
risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih
berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan
seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang
terdpt di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.
Dengan menunjuk
kepada unta yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah
Nabi Saleh kepada mereka:” Inilah dia unta Allah, janganlah kamu
ganggu dan biarkanlah ia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah ia
mempunyai giliran untuk mendptkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk
mendapatkan minum bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah
akan menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini.”Kemudian
berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa
mendapat gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah
perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada
hari-hari giliran unta Nabi Shaleh itu datang minum tiada seekor binatang lain
berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada
pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta
Nabi Shaleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang
melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya
Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut gagallah para pemuka
kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan & menghilangkan
pegaruh Nabi Shaleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para
pengikutnya dan menghilang banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh
mereka pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya
unta Nabi Shaleh yang merajalela di ladang dan kebun-kebun mereka serta
ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
Unta Nabi Saleh
Dibunuh
Persekongkolan
diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan
unta Nabi Shaleh. Dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab
yang diancam oleh Nabi Shaleh bila untanya diganggu di samping adanya dorongan
keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka,
muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya menawarkan akan
menyerahkan dirinya kepada siapa yang dapat membunuh unta Shaleh. Di samping
janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik
menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang
yang berhasil membunuh unta itu.
Dua macam hadiah
yyang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud
mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda’ bin Muharrij dan Gudar bin Salif
berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah yang dijanjikan di
samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud
bila unta Nabi Shaleh telah mati dibunuh.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki, bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya di lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempatminum. Dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda’ yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki, bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya di lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempatminum. Dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda’ yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan perasaan megah
dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota menyampaikan berita
matinya unta Nabi Shaleh yang mendapat sambutan sorak-sorai dan teriakan
gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mereka kembali dari medan perang
dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang.
Mereka berkata kepada Nabi Shaleh:” Wahai Shaleh! Untamu telah amti dibunuh, cubalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya.”
Nabi Saleh menjawab:” Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset .Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalang.”
Mereka berkata kepada Nabi Shaleh:” Wahai Shaleh! Untamu telah amti dibunuh, cubalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya.”
Nabi Saleh menjawab:” Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset .Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalang.”
Ada kemungkinan
menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya Nabi Shaleh memberi
waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sedar akan
dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Shaleh kepada
risalahnya.
Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Shaleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Shaleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Turunnya Azab Allah
Yang Dijanjikan
Nabi Shaleh
memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas mereka akan
didahului dengan tanda-tanda, iaitu pada hari pertama bila
mereka terbangun dari tidurnya akan menemui wajah mereka menjadi
kuning dan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan
pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas diri Nabi Shaleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu.Mereka mengadakan pertemuan rahsia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Shaleh, jika diketahui identiti mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahsiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas diri Nabi Shaleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu.Mereka mengadakan pertemuan rahsia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Shaleh, jika diketahui identiti mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahsiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mereka datang
ke tempat Nabi Shaleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang
gelap-gulita dan sunyi-senyap berjatuhanlah di atas kepala mereka batu-batu
besar yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan yang seketika
merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi.
Demikianlah Allah telah melindingi rasul-Nya dari perbuatan jahat
hamba-hamba-Nya yang kafir. Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah
ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Shaleh bersama para
mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestin, meninggalkan
Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang
dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan
Nabi Shaleh Wafat
Nabi Saleh dan
orang-orang yang beriman bersamanya diselamatkan dari azab tersebut. Al-Alusi
menceritakan orang yang selamat bersama Nabi Saleh sebanyak 120 orang,
sementara yang binasa 5000 orang. baginda Wafat di Nawahiyir Rimlah di
Palestina
Kisah Nabi Shaleh
Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Shaleh
diceritakan oleh 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah Al-A’raaf, ayat 73
hingga 79, surah ” Hud ” ayat 61 sehingga ayat 68 dan surah ” Al-Qamar ” ayat
23 sehingga ayat 32.
Pelajaran Dari Kisah
Nabi Shaleh A.S.
Pengajaran yang
menonjol yang dapat dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa dosa dan
perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat dapat
berakibat negatif yang membinasakan masyarakat itu seluruhnya.
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.
Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf nahi mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.
Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf nahi mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu
Bersikap pasif acuh
tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di depan mata dapat
diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap perbuatan mungkar itu.
Riwayat Sejarah Kisah Nabi Hud AS
"Difirmankan: 'Hai Nuh, turunlah
dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang
beriman) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada pula umat-umat yang Kami beri
kesenangan pada mereka (dalam hehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa
azab yang pedih dari Kami. " (QS. Hud: 48)
Berputarlah roda kehidupan dan datanglah janji
Allah SWT. Setelah datangnya taufan, tiada yang tersisa dari manusia di muka
bumi kecuali orang-orang yang beriman. Tiada satu hati yang kafir pun berada di
muka bumi dan syaitan mulai mengeluhkan pengangguran.
Berlalulah tahun demi tahun, lalu matilah para
orang tua dan anak-anak, dan datanglah anak dari anak-anak. Manusia lupa akan
wasiat Nabi Nuh dan mereka kembali menyembah berhala. Manusia menyimpang dari
penyembahan yang semata-mata untuk Allah SWT. Akhirnya, tipuan kuno berulang
kembali. Para cucu kaum Nabi Nuh berkata: "Kita tidak ingin melupakan kakek
kita yang Allah SWT selamatkan mereka dari taufan."
Oleh kerana itu, mereka membuat patung-patung
orang-orang yang selamat itu yang dapat mengingatkan mereka dengannya. Dan
pengagungan ini semakin berkembang generasi demi generasi, namun akhimya
penghormatan itu berubah menjadi penghambaan. Patung- patung itu berubah -
dengan bisikan syaitan - menjadi tuhan selain Allah SWT. Dan bumi kembali
mengeluhkan kegelapan. Lalu Allah SWT rnengutus junjungan kita Nabi Hud di
tengah-tengah kaumnya.
Nabi Hud AS adalah keturunan Sam bin Nuh AS
(cucu nabi Nuh) ia di utus kepada kaumnya yang bernama kaum “Ad”, suatu kaum
yang bertempat tinggal di sebelah utara Hadramaut negeri Yaman. Kaum Ad adalah
kaum yang sangat mahir membikin benteng yang kokoh dan kuat, tetapi sayang, mereka
menyembah berhala.
Al-Qur'an menyingkap ceritanya setelah diutusnya
Nabi Hud untuk membawa agama kepada manusia. Nabi Hud berasal dari kabilah yang
bernama 'Ad. Kabilah ini tinggal di suatu tempat yang bernama al-Ahqaf. la
adalah padang pasir yang dipenuhi dengan gunung-gunung pasir dan tampak dari
puncaknya lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda besar dan
mempunyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum 'Ad terkenal dengan kekuatan
fisik di saat itu, dan mereka juga memiliki tubuh yang amat tinggi dan tegak
sampai-sampai mereka mengatakan seperti yang dikutip oleh Al-Qur'an:
"Mereka berkata: 'Siapakah yang lebih kuat
daripada kami.'" (QS. Fushilat: 15)
Tiada seorang pun di masa itu yang dapat
menandingi kekuatan mereka. Meskipun mereka memiliki kebesaran tubuh, namun
mereka memiliki akal yang gelap. Mereka menyembah berhala dan membelanya bahkan
mereka siap berperang atas namanya. Mereka malah menuduh nabi mereka dan
mengejeknya. Selama mereka menganggap bahawa kekuatan adalah hal yang patut
dibanggakan, maka seharusnya mereka melihat bahawa Allah SWT yang menciptakan
mereka lebih kuat dari mereka. Sayangnya, mereka tidak melihat selain
kecongkakan mereka. Nabi Hud berkata kepada mereka:
"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan
lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 50)
Itu adalah perkataan yang sama yang diucapkan
oleh seluruh nabi dan rasul. Perkataan tersebut tidak pernah berubah, tidak
pernah berkurang, dan tidak pernah dicabut kembali. Kaumnya bertanya kepadanya:
"Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami melalui dakwahmu ini?
Imbalan apa yang engkau inginkan?" Nabi Hud memberitahu mereka bahawa ia
hanya mengharapkan imbuhan dari Allah SWT. Ia tidak menginginkan sesuatu pun
dari mereka selain agar mereka menerangi akal mereka dengan cahaya kebenaran.
Ia mengingatkan mereka tentang nikmat Allah SWT terhadap mereka. Bagaimana Dia
menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi Nuh, bagaimana Dia memberi
mereka kekuatan fisik, bagaimana Dia menempatkan mereka di bumi yang penuh
dengan kebaikan, bagaimana Dia mengirim hujan lalu menghidupkan bumi dengannya.
Kaum Hud membuat kerosakan dan mengira bahawa
mereka orang-orang yang terkuat di muka bumi, sehingga mereka menampakkan
kesombongan dan semakin menentang kebenaran. Mereka berkata kepada Nabi Hud:
"Bagaimana engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang kami mendapati ayah-ayah
kami menyembahnya?" Nabi Hud menjawab: "Sungguh orang tua kalian
telah berbuat kesalahan." Kaum Nabi Hud berkata: "Apakah engkau akan
mengatakan wahai Hud bahawa setelah kami mad dan menjadi tanah yang beterbangan
di udara, kita akan kembali hidup?" Nabi Hud menjawab: "Kalian akan
kembali pada hari kiamat dan Allah SWT akan bertanya kepada masing-masing dari
kalian tentang apa yang kalian lakukan."
Setelah mendengar jawaban itu, meledaklah
tertawa dari mereka. Alangkah anehnya pengakuan Hud, demikianlah orang-orang
kafir berbisik di antara mereka. Manusia akan mati dan ketika mati jasadnya
akan rusak dan ketika jasadnya rusak ia akan menjadi tanah kemudian akan dibawa
oleh udara dan tanah itu akan beterbangan, lalu bagaimana semua ini akan
kembali ke asalnya. "Kemudian apa pengertian adanya hari kiamat? Mengapa
orang-orang yang mati akan bangkit dari kematiannya?" Hud menerima
pertanyaan-pertanyaan ini dengan kesabaran yang mulia. Kemudian ia mulai
menerangkan pada kaumnya keadaan hari kiamat. Ia menjelaskan kepada mereka
bahawa kepercayaan manusia kepada hari akhir adalah satu hal yang penting yang
berhubungan dengan keadilan Allah SWT, sebagaimana ia juga sesuatu yang penting
yang juga berhubungan dengan kehidupan manusia.
Nabi Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana
apa yang diterangkan oleh semua nabi berkenaan dengan hari kiamat. Sesungguhnya
hikmah sang Pencipta tidak menjadi sempurna dengan sekadar memulai penciptaan
kemudian berakhirnya kehidupan para makhluk di muka bumi ini, lalu setelah itu
tidak ada hal yang lain. Ini adalah masa tenggang yang pertama dari ujian. Dan
ujian tidak selesai dengan hanya menyerahkan lembar jawaban. Harus juga disertai
dengan koreksi terhadap lembar jawaban itu, memberi nilai, dan menjelaskan
siapa yang berhasil dan siapa yang gagal.
Manusia selama hidup di dunia tidak hanya
mempunyai satu tindakan; ada yang berbuat kelaliman, ada yang membunuh, dan ada
yang melampaui batas. Seringkali kita melihat orang-orang lalim pergi dengan
bebas tanpa menjalani hukuman. Cukup banyak orang-orang yang jahat namun mereka
mendapatkan fasilitas yang mewah dan mendapatkan penghormatan serta kekuasaan.
Ke mana orang-orang yang teraniaya akan mengadu dan kepada siapa orang-orang
yang menderita akan mengeluh?
Logika keadilan menuntut adanya hari kiamat.
Sesungguhnya kebaikan tidak selalu menang dalam kehidupan, bahkan terkadang
pasukan kejahatan berhasil membunuh dan memperdaya para pejuang kebenaran.
Lalu, apakah kejahatan ini berlalu begitu saja tanpa mendapatkan balasan?
Sungguh suatu kelaliman besar terhampar seandainya kita menganggap bahawa hari
kiamat tidak pernah terjadi. Allah SWT telah mengharamkan kelaliman atas
diri-Nya sendiri, dan Dia pun mengharamkannya terjadi di antara
hamba-hamba-Nya., maka adanya hari kiamat, hari perhitungan, hari pembalasan
adalah sebagai bukti kesempurnaan dari keadilan Allah SWT. Sebab hari kiamat
adalah hari di mana semua persoalan akan disingkap kembali di depan sang
Pencipta dan akan di tinjau kembali, dan Allah SWT akan memutuskan hukum-Nya di
dalam-nya. Inilah kepentingan pertama tentang hari kiamat yang berhubungan
langsung dengan keadilan Allah SWT.
Ada kepentingan lain berkenaan dengan hari
kiamat, yang berhubungan dengan perilaku manusia sendiri. bahawa keyakinan
dengan adanya hari akhir, mempercayai hari kebangkitan, perhitungan amal,
penerimaan pahala dan siksa, dan kemudian masuk surga atau neraka adalah
perkara- perkara yang langsung berkenaan dengan perilaku manusia, di mana
konsentrasi manusia dan had mereka akan tertuju dengan alam lain setelah alam
ini. Oleh kerana itu, mereka tidak akan terbelenggu oleh kenikmatan dunia,
kerakusan kepadanya, dan egoisme untuk menguasinya. Mereka tidak perlu gelisah
saat mereka tidak berhasil melihat balasan usaha mereka dalam umur mereka yang
pendek dan terbatas. Dengan demikian, manusia semakin meninggi dari tanah yang
menjadi asal penciptaannya ke roh yang ditiupkan oleh Tuhannya.
Barangkali persimpangan jalan antara tunduk
terhadap imajinasi dunia, nilai-nilainya, dan pertimbangan-pertimbangannya dan
ketergantungan dengan nilai-nilai Allah SWT yang tinggi dapat terwujud dengan
adanya keimanan terhadap hari kiamat. Nabi Hud telah membicarakan semua ini dan
mereka telah mendengarkannya namun mereka mendustakannya. Allah SWT
menceritakan sikap kaum itu terhadap hari kiamat:
"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di
antara kaumnya dan yang mendustakan pertemuan dengan hari kiamat (kelak) dan
yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia: 'Orang ini tidak lain
hanyalah manusia seperti kamu, dia, makan dari apa yang kamu, makan, dan
meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati
manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian itu, kamu benar-benar menjadi
orang- orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahawa
bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu
sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)?, jauh, jauh sekali (dari
kebenaran) apa yang diancamkan kepadamu itu, kehidupan tidak lain hanyalah
kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup dan sekali-kali tidak akan
dibangkitkan lagi. " (QS. al- Mu`minun: 33-37)
Demikianlah kaum Nabi Hud mendustakan nabinya. Mereka
berkata kepadanya: "Tidak mungkin, tidak mungkin." Mereka keheranan
ketika mendengar bahawa Allah SWT akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam
kuburan. Mereka bingung ketika dibe-ritahu bahawa Allah SWT akan mengembalikan
penciptaan manusia setelah ia berubah menjadi tanah, meskipun Dia telah
menciptakannya sebelumnya juga dari tanah. Seharusnya para pendusta hari
kebangkitan itu merasa bahawa mengembalikan penciptaan manusia dari tanah dan
tulang lebih mudah dari penciptaannya pertama kali. Bukankah Allah SWT telah
menciptakan semua makhluk, maka kesulitan apa yang ditemui-Nya dalam
mengembalikannya. Kesulitan itu disesuaikan dengan tolok ukur manusia yang
tersembunyi dalam ciptaan., maka tolok ukur manusia tersebut tidak dapat
diterapkan kepada Allah SWT. kerana Dia tidak mengenal kesulitan atau
kemudahan. Ketika Dia ingin membuat sesuatu, maka Dia hanya sekadar
mengeluarkan perintah:
"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila
Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya
mengatakan kepadanya: "Jadilah."Lalu jadilah ia." (QS.
al-Baqarah: 117)
Kita juga memperhatikan firman-Nya:
"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di
antara kaumnya." (QS. al-Mu^minun: 33)
Al-Mala' ialah para pembesar (ar-Ruasa'). Mereka
dinamakan al-Mala' kerana mereka suka berbicara dan mereka mempunyai
kepentingan dalam kesinambungan situasi yang tidak sehat. Kita akan menyaksikan
mereka dalam setiap kisah para nabi. Kita akan melihat para pembesar kaum,
orang-orang kaya di antara mereka, dan orang-orang elit di antara mereka yang
menentang para nabi. Allah SWT menggambarkan mereka dalam firman-Nya:
"Dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam
kehidupan dunia. " (QS. al-Mukminun: 33)
kerana pengaruh kekayaan dan kemewahan hidup,
lahirlah keinginan untuk meneruskan kepentingan-kepentingan khusus, dan dari
pengaruh kekayaan dan kekuasaan, muncullah sikap sombong. Para pembesar itu
menoleh kepada kaumnya sambil bertanya-tanya: "Tidakkah nabi ini manusia
biasa seperti kita, ia memakan dari apa yang kita, makan, dan meminum dari apa
yang kita minum? Bahkan barangkali kerana kemiskinannya, ia sedikit, makan dari
apa yang kita, makan dan ia minum, menggunakan gelas-gelas yang kotor sementara
kita minum dari gelas-gelas yang terbuat dari emas dan perak., maka bagaimana
ia mengaku berada dalam kebenaran dan kita dalam kebatilan? Ini adalah manusia
biasa, maka bagaimana kita menaati manusia biasa seperti kita? Kemudian,
mengapa Allah SWT memilih manusia di antara kita untuk mendapatkan
wahyu-Nya?"
Para pembesar kaum Nabi Hud berkata:
"Bukankah hal yang aneh ketika Allah SWT memilih manusia biasa di antara
kita untuk menerima wahyu dari-Nya?" Nabi Hud balik bertanya: "Apa
keanehan dalam hal itu? Sesungguhnya Allah SWT mencintai kalian dan oleh kerananya
Dia mengutus aku kepada kalian untuk mengingatkan kalian. Sesungguhnya perahu
Nuh dan kisah Nuh tidak jauh dari ingatan kalian. Janganlah kalian melupakan
apa yang telah terjadi. Orang-orang yang menentang Allah SWT telah dihancurkan
dan begitu juga orang-orang yang akan mengingkari-Nya pun akan dihancurkan,
sekuat apa pun mereka." Para pembesar kaum berkata: "Siapakah yang
dapat menghancurkan kami wahai Hud?" Nabi Hud menjawab: "Allah
SWT."
Orang-orang kafir dari kaum Nabi Hud berkata:
"Tuhan-tuhan kami akan menyelamatkan kami." Nabi Hud memberitahu
mereka, bahawa tuhan- tuhan yang mereka sembah ini dengan maksud untuk
mendekatkan mereka kepada Allah SWT pada hakikatnya justru menjauhkan mereka
dari-Nya. Ia menjelaskan kepada mereka bahawa hanya Allah SWT yang dapat
menyelamatkan manusia, sedangkan kekuatan lain di bumi tidak dapat mendatangkan
mudarat dan manfaat.
Pertarungan antara Nabi Hud dan kaumnya semakin
seru. Dan setiap kali pertarungan berlanjut dan hari berlalu, kaum Nabi Hud
meningkatkan kesombongan, pembangkangan, dan pendustaan kepada nabi mereka.
Mereka mulai menuduh Nabi Hud sebagai seorang idiot dan gila. Pada suatu hari
mereka berkata kepadanya: "Sekarang kami memahami rahasia kegilaanmu.
Sesungguhnya engkau menghina tuhan kami dan tuhan kami telah marah kepadamu,
dan kerana kemarahannya engkau menjadi gila." Allah SWT menceritakan apa
yang mereka katakan dalam firman-Nya:
"Kaum 'Ad berkata: 'Hai Hud, kamu tidak
mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak
akan meninggalkan sembahan-sembahan kami kerana perkataanmu, dan kami
sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahawa
sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. " (QS.
Hud: 53-54)
Sampai pada batas inilah penyimpangan itu telah
terjadi pada diri mereka, sampai pada batas bahawa mereka menganggap, bahawa
Nabi Hud telah mengigau kerana salah satu tuhan mereka telah murka kepadanya
sehingga ia terkena sesuatu penyakit gila. Nabi Hud tidak membiarkan anggapan
mereka bahawa ia gila dan mengigau, naniun ia tidak bersikap emosi tetapi ia
menunjukkan sikap tegas ketika mereka mengatakan: "Dan kami sekali-kali
tidak akan meninggalkan sembahan- sembahan kami kerana perkataanmu, dan kami
sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. "
Setelah tantangan ini tiada lain bagi Nabi Hud
kecuali memberikan tantangan yang sama. Nabi Hud hanya pasrah kepada Allah SWT.
Nabi Hud hanya memberikan peringatan dan ancaman terhadap orang-orang yang
mendustakan dakwahnya. Nabi Hud berkata:
"Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai
saksiku dan saksikanlah olehmu bahawa Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa
yang kamu persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu dayamu
semuanya terhadapku dan janganlah karnu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya
aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang
melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di
atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah
menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya
kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu;
dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya
Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. " (QS. Hud: 54-57)
Manusia akan merasa keheranan terhadap
perlawanan kepada kebenaran ini. Seorang lelaki menghadapi kaum yang kasar dan
keras kepala serta bodoh. Mereka menganggap bahawa berhala-berhala dari batu
dapat memberikan gangguan. Manusia sendiri rnampu menentang para tiran dan
melumpuhkan keyakinan mereka, serta berlepas diri dari mereka dan dari tuhan
mereka. Bahkan ia siap menentang mereka dan menghadapi segala bentuk, makar
mereka. Ia pun siap berperang dengan mereka dan bertawakal kepada Allah SWT.
Allah-lah yang Maha Kuat dan Maha Benar. Dia-lah yang menguasai setiap makhluk
di muka bumi, baik berupa binatang, manusia, maupun makhluk lain. Tidak ada
sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah SWT.
Dengan keimanan kepada Allah SWT dan dengan
kepercayaan pada janji- Nya serta merasa tenang dengan pertolongan-Nya, Nabi
Hud menyeru orang-orang kaflr dari kaumnya. Nabi Hud melakukan yang demikian
itu meskipun ia sendirian dan merasakan kelemahan kerana ia mendapatkan
keamanan yang hakiki dari Allah SWT. Dalam pembicaraannya, Nabi Hud menjelaskan
kepada kaumnya bahawa ia melaksanakan amanat dan menyampaikan agama. Jika
mereka mengingkari dakwahnya, niscaya Allah SWT akan mengganti mereka dengan
kaum selain mereka. Yang demikian ini berarti bahawa mereka sedang menunggu
azab. Demikianlah Nabi Hud menjelaskan kepada mereka, bahawa ia berlepas diri
dari mereka dan dari tuhan mereka. la bertawakal kepada Allah SWT yang
menciptakannya.
Ia mengetahui bahawa siksa akan turun di antara
para pengikutnya yang menentang. Beginilah hukum kehidupan di mana Allah SWT
menyiksa orang-orang kafir meskipun mereka sangat kuat atau sangat kaya. Nabi
Hud dan kaumnya menunggu janji Allah SWT. Kemudian terjadilah masa kering di
muka bumi di mana langit tidak lagi menurunkan hujan. Matahari menyengat sangat
kuat hingga laksana percikan-percikan api yang menimpa kepala manusia.
Kaum Nabi Hud segera menuju kepadanya dan
bertanya: "Mengapa terjadi kekeringan ini wahai Hud?" Nabi Hud
berkata: "Sesungguhnya Allah SWT murka kepada kalian. Jika kalian beriman,
maka Allah SWT akan rela terhadap kalian dan menurunkan hujan serta menambah
kekuatan kalian." Namun kaum Nabi Hud justru mengejeknya dan malah semakin
menentangnya., maka masa kekeringan semakin meningkat dan menguningkan pohon-pohon
yang hijau dan matilah tanaman-tanaman.
Lalu datanglah suatu hari di mana terdapat awan
besar yang menyelimuti langit. Kaum Nabi Hud begitu gembira dan mereka keluar
dari rumah mereka sambil berkata: "Hari ini kita akan dituruni
hujan." Tiba-tiba udara berubah yang tadinya sangat kering dan panas kini
menjadi sangat dingin. Angin mulai bertiup dengan kencang. Semua benda menjadi
bergoyang. Angin terus-menerus bertiup malam demi malam, dan hari demi hari.
Setiap saat rasa dingin bertambah.
Kaum Nabi Hud mulai berlari. Mereka segera
menuju ke tenda dan bersembunyi di dalamnya. Angin semakin bertiup dengan
kencang dan menghancurkan tenda. Angin menghancurkan pakaian dan menghancurkan
kulit. Setiap kali angin bertiup, ia menghancurkan dan membunuh apa saja yang
di depannya. Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari dengan mengancam
kehidupan dunia. Kemudian angin berhenti dengan izin Tuhannya.
Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala mereka melihat azab itu
berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah
awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.' (Bukan)! Bahkan itulah azab yang
kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang
pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya." (QS.
al-Ahqaf: 24-25) "Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama
tujuh malam dan delapan hari terus-menerus;, maka kamu lihat kaum 'Ad pada
waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang
telah kosong (lapuk). " (QS. al-Haqqah: 7)
Tiada yang tersisa dari kaum Nabi Hud kecuali
pohon-pohon kurma yang lapuk. Nabi Hud dan orang-orang yang beriman kepadanya
selamat sedangkan orang-orang yang menentangnya binasa.
Pembalasan Allah Atas Kaum Aad
Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua perinkat.Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mrk, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya.Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mrk dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mrk yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mrk dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mahu percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan ari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mrk terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawapan dengan dtgnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan.
Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini hilir mudik mencari perlindungan .Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau bilau dan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan.
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah " Al-Ahqaf " sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Syaaban pada setiap tahun.
Kisah Nabi Hud Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Hud diceritakan oleh 68 ayat dalam 10 surah di antaranya surah Hud, ayat 50 hingga 60 , surah " Al-Mukminun " ayat 31 sehingga ayat 41 , surah " Al-Ahqaaf " ayat 21 sehingga ayat 26 dan surah " Al-Haaqqah " ayat 6 ,7 dan 8.
Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua perinkat.Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mrk, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya.Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mrk dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mrk yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mrk dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mahu percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan ari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mrk terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawapan dengan dtgnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan.
Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini hilir mudik mencari perlindungan .Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau bilau dan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan.
Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah " Al-Ahqaf " sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Syaaban pada setiap tahun.
Kisah Nabi Hud Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Hud diceritakan oleh 68 ayat dalam 10 surah di antaranya surah Hud, ayat 50 hingga 60 , surah " Al-Mukminun " ayat 31 sehingga ayat 41 , surah " Al-Ahqaaf " ayat 21 sehingga ayat 26 dan surah " Al-Haaqqah " ayat 6 ,7 dan 8.
Pengajaran Dari Kisah Nabi Hud A.S.
Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang
baik yang patut ditiru dan diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan
agama.Beliau menghadapi kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh
kesabaran, ketabahan dan kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan
kata-kata kasar mereka dengan serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata yang
halus yang menunjukkan bahawa beliau dapat menguasai emosinya dan tidak sampai
kehilangan akal atau kesabaran.
Nabi Hud tidak marah dan tidak gusar ketika
kaumnya mengejek dengan menuduhnya telah menjadi gila dan sinting. Ia dengan
lemah lembut menolak tuduhan dan ejekan itu dengan hanya mengata:"Aku
tidak gila dan bahawa tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak dapat menggangguku
atau mengganggu fikiranku sedikit pun tetapi aku ini adalah rasul pesuruh Allah
kepadamu dan betul-betul aku adalah seorang penasihat yang jujur bagimu
menghendaki kebaikanmu dan kesejahteraan hidupmu dan agar kamu terhindar dan
selamat dari azab dan seksaan Allah di dunia mahupun di akhirat."
Dalam berdialog dengan kaumnya.Nabi Hud selalu
berusaha mengetuk hati nurani mereka dan mengajak mereka berfikir secara
rasional, menggunakan akal dan fikiran yang sihat dengan memberikan bukti-bukti
yang dapat diterima oleh akal mereka tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan
jalan mereka namun hidayah iu adalah dari Allah, Dia akan memberinya kepada
siapa yang Dia kehendakinya.
Langganan:
Postingan (Atom)